Desa Palintang merupakan lokasi yang sering dilalui kala melakukan ragam kegiatan outdoor ke wilayah sekitar seperti gunung Palasari, Manglayang dan Pangparang. Sekedar untuk menyesap kopi pun tempat ini sudah menjadi destinasi tersendiri dimana dua buah warung kopi siap memanjakan lidah penggemar kopi. Satu terletak di seberang Sekolah Dasar Palintang dan satu lagi dipinggir lapangan diatas desa. Rute ini bahkan merupakan jalur rutin yang dilalui bila hendak menuju ke Lembang dari Ujungberung. Sehingga ada baiknya kita sedikit mengulas sejarah yang melewati desa ini.
Tak lama setelah Indonesia mengumumkan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945, di tahun yang sama TKR (Tentara Keamanan Rakyat) sudah terbentuk di Bandung dan mengambil posisi markas pertahanan di Villa Isola. Mereka mundur dari kota karena tentara Inggris dan Gurkha sudah masuk ke kota Bandung. Didukung persenjataan howitzer tentara Inggris/Gurkha terus berusaha merangsek ke arah Lembang. Beberapa kali serangan ini berhasil dipukul mundur namun persenjataan yang tak seimbang membuat pasukan TKR mundur dan markas dipindah ke hotel Grand Lembang. Ini pun tak lama karena persenjataan berat musuh terus merangsek, hingga posisi pejuang terpukul mundur antara lain ke Ciater dan Gunung Kasur.
Pada akhirnya pasukan TKR mundur ke desa-desa sekitar Lembang, Sumedang dan Subang sambil melakukan taktik gerilya. Perang gerilya terus berlangsung memakan korban dari keduabelah pihak hingga Belanda melancarkan Operation Product atau oleh kita dikenal dengan Agresi Militer I di bulan Juli 1947 yang berakhir dengan Perundingan Renville yang memaksa TNI mundur dari Jawa Barat menuju Yogyakarta. Namun tak banyak yang tahu bahwa di tahun 1948 itu ada perintah rahasia bagi sebagian pejuang untuk kembali merembes ke kantong-kantong gerilya di sekitar Bandung yang dikuasai Belanda.
Di wilayah Bandung Utara, saat itu telah berdiri pos KNIL yang kuat di Palintang. Kampung di atas awan ini dipandang strategis untuk melindungi aset-aset perkebunan disekitarnya. Perkebunan kina dan teh di Bandung Utara yang telah berdiri sejak era Preanger Planter merupakan aset penting bagi Belanda. Namun pos KNIL di Palintang ini dengan mudah bisa dihindari oleh para pejuang yang lihai berbaur dan mengenal jalan-jalan tembus. Ada baiknya jalur gerilya ini diperkenalkan agar masyarakat mengenal sejarah era kemerdekaan yang melintas disini.
Sementara itu para pejuang yang kembali dari Yogya mengambil posisi salahsatunya di desa Ciporeat, Ujungberung yang jaraknya hanya beberapa kilometer dari Palintang. Darisini mereka mengkonsolidasikan diri dengan kantong-kantong gerilya di Garut dan Sumedang. Kantong gerilya ini diawasi secara ketat oleh pos KNIL di Cileunyi maupun Palintang sehingga pernah terjadi insiden Lurah, Kades dan pemangku Desa lain “diambil” tengah malam oleh KNIL karena dicurigai membantu gerilyawan. Mereka dijebloskan ke penjara Kebonwaru selama beberapa bulan lamanya. @districtonebdg
Foto : Sebuah gudang di lapangan Gunung Kasur, 2010